Sabtu, 09 Mei 2020

MATERI

MANUSIA PURBA di INDONESIA

Di Indonesia, fosil manusia purba sebagian besar ditemukan di Jawa. Temuan-temuan di Jawa memiliki arti penting karena berasal dari segala zaman atau lapisan Pleistosen sehingga tampak jelas perkembangan badaniah manusia tersebut. Manusia pertama yang muncul di bumi ketika zaman Pleistosen dari jenis Pithecanthropus sampai dengan Homo sapiens. Berdasarkan temuannya manusia purba di Indonesia digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu jenis Meganthropus, jenis Pithecanthropus, dan jenis Homo.

Dari hasil penelitian dan penggalian, manusia purba di Indonesia ternyata banyak ditemukan di lembah Sungai Bengawan Solo, lembah Sungai, serta daerah Wajak, Tulungagung. Jadi, pada masa purba manusia hidup di sekitar sungai bahkan menjadi daerah perkampungan sebab menyediakan kehidupan yang melimpah

Evolusi biologis adalah perubahan satu takson menjadi takson lain atau takson lama berubah sedikit. Jadi, sudut pandang evolusi bukanlah individu, tetapi populasi. Darwin pada abad ke-19 mengemukakan teori evolusi biologinya yang cukup terkenal. Teori evolusi tersebut mencetuskan pola pikir baru, yaitu bahwa takson itu tidak statis, melainkan dinamis, melalui masa yang panjang, dan semua makhluk hidup ini berkerabat. Antara Homo erectus dan Homo sapiens terdapat Homoneaderthalensis, lagi pula telah ada manusia yang lebih umum cirinya dari Neanderthal yang mendekati jenis Homo sapiens. Jika kita membedakan manusia purba dengan Homo sapiens, akan terlihat jelas bahwa: rongga otak manusia purba lebih kecil daripada Homo sapiens, tulang kening manusia purba menonjol ke depan, tulang rahang bawah lurus ke belakang sehingga tak berdagu, tulang rahang manusia purba lebih kuat dan besar, dan manusia purba tidak bertempat tinggal tetap dan selalu berpindah-pindah.
Oleh karena itu, Homo sapiens dianggap sebagai jenis yang paling sempurna yang menjadi nenek moyang manusia dan kemudian menyebar ke seluruh bumi kita ini. Adapun fosil-fosil manusia purba yang ditemukan itu sebagai berikut.

1. Meganthropus
Meganthropus paleojavanicus adalah fosil yang pernah ditemukan di Sangiran oleh Von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941, berupa bagian rahang bawah dan tiga buah gigi terdiri atas gigi taring dan dua geraham. Makanan jenis manusia purba ini adalah tumbuhan. Makhluk ini hidup kira-kira 2 juta hingga 1 juta tahun yang lalu. Meganthropus berasal dari lapisan Pleistosen Bawah yang sampai sekarang belum ditemukan perkakasnya.

Ciri dari Meganthropus palaeojavanicus adalah memiliki tulang pipi yang tebal, memiliki otot rahang yang kuat, tidak memiliki dagu, memiliki tonjolan belakang yang tajam, memiliki tulang kening yang menonjol, memiliki perawakan yang tegap, memakan tumbuh-tumbuhan, dan hidup berkelompok dan berpindah-pindah.



2. Pithecanthropus
Pithecanthropus artinya manusia kera. Fosilnya banyak ditemukan di daerah Trinil (Ngawi), Perning daerah Mojokerto, Sangiran (Sragen, Jawa Tengah), dan Kedungbrubus (Madiun, Jawa Timur). Seorang peneliti manusia purba Tjokrohandojo bersama ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak di lapisan Pucangan, yakni pada lapisan Pleistosen Bawah di daerah Kepuhlagen, sebelah utara Perning daerah Mojokerto. Mereka memberikan nama jenis Pithecanthropus mojokertensis, yang merupakan jenis Pithecanthropus paling tua. 

Jenis Pithecanthropus memiliki ciri-ciri tubuh dan kehidupan sebagai berikut: Memiliki rahang bawah yang kuat, memiliki tulang pipi yang tebal, keningnya menonjol, tulang belakang menonjol dan tajam, tidak berdagu, perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat dan memakan jenis tumbuhan.

Jenis Pithecanthropus ini paling banyak jenisnya ditemukan di Indonesia.
a. Pithecanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak) adalah fosil yang paling terkenal temuan Dr. Eugene Dubois tahun 1890, 1891, dan 1892 di Kedungbrubus (Madiun) dan Trinil (Ngawi). Temuannya berupa rahang bawah, tempurung kepala, tulang paha, serta geraham atas dan bawah. Pithecanthropuserectus memiliki ciri tubuh sebagai berikut: Berjalan tegak, Volume otaknya melebihi 900 cc, berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat, tinggi badannya sekitar 165 – 170 cm, berat badannya sekitar 100 kg, makanannya masih kasar dengan sedikit dikunyah dan hidupnya diperkirakan satu juta sampai setengah juta tahun yang lalu.
Jenis fosil Pithecanthropus erectus ini diyakini sebagai missing link, yakni makhluk yang kedudukannya antara kera dan manusia. Penemuan ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan sebab seakan-akan dapat membuktikan teori yang dikemukakan oleh Charles Darwin dalam teori evolusinya. Darwin dalam bukunya yang berjudul The Descent of Man (Asal Usul Manusia) menerapkan teori berupa perkembangan binatang menuju manusia dan binatang yang paling mendekati adalah kera. Hal ini diperkuat penemuan manusia Neanderthal di Jerman yang menyerupai kera maupun manusia.
b. Pithecanthropus robustus, artinya manusia kera berahang besar. Fosilnya ditemukan di Sangiran tahun 1939 oleh Weidenreich. Von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecanthropus mojokertensis, penemuannya pada lapisan Pleistosen Bawah yang ditemukan di Mojokerto antara tahun 1936 – 1941. Pithecanthropus mojokertensis artinya manusia kera dari Mojokerto. Fosilnya berupa tengkorak anak berumur 5 tahun. Jenis ini memiliki ciri hidung lebar, tulang pipi kuat, tubuhnya tinggi, dan hidupnya masih dari mengumpulkan makanan (food gathering).


c. Pithecanthropus dubuis(dubuis artinya meragukan), fosil ini ditemukan di Sangiran pada tahun 1939 oleh Von Koenigswald yang berasal dari lapisan Pleistosen Bawah.
d. Pithecanthropus soloensisadalah manusia kera dari Solo yang ditemukan oleh Von Koenigswald, Oppennoorth, dan Ter Haar pada tahun 1931 – 1933 di Ngandong, tepi Sungai Bengawan Solo. Hasil temuannya ini memiliki peranan penting karena menghasilkan satu seri tengkorak dan tulang kening.

3. Homo
Homo artinya manusia, merupakan jenis manusia purba yang paling maju dibandingkan yang lain. Dengan ciri-ciri berat badan kira-kira 30 sampai 150 kg, volume otaknya lebih dari 1.350 cc, alatnya dari batu dan tulang, berjalan tegak, muka dan hidung lebar, dan mulut masih menonjol.
Adapun temuan jenis Homo sebagai berikut.
a. Homo wajakensis (manusia dari Wajak)
Jenis ini ditemukan di Wajak, Tulungagung pada tahun 1889 ketika Von Rietschoten menemukan beberapa bagian tengkorak. Temuan ini kemudian diselidiki oleh Dr. Eugene Dubois yang kemudian disebut Homo wajakensis. Lapisan asalnya adalah Pleistosen Atas, termasuk ras Australoid dan bernenek moyang Homo soloensis serta menurunkan penduduk asli Australia. Oleh Von Koenigswald, Homowajakensisdimasukkan dalam Homo sapiens (manusia cerdas) sebab sudah mengenal upacara penguburan.
b. Homo soloensis (manusia dari Solo)
Pada waktu ahli geologi Belanda, C. Ter Haar, menemukan lapisan tanah di (Ngawi Jawa Timur) bersama Ir. Oppenoorth tahun 1931 – 1932. Mereka menemukan sebelas tengkorak fosil Homo soloensis di lapisan Pleistosen Atas yang kemudian diselidiki oleh Von Koenigswald dan Weidenreich. Berdasarkan keadaannya,jenis ini bukan lagi kera, tetapi sudah manusia.
c. Homo sapiens 



Homo sapiens artinya manusia cerdas. Homo sapiens berasal dari zaman Holosen, bentuk tubuhnya sudah menyerupai manusia sekarang. Mereka sudah menggunakan akal dan memiliki sifat seperti yang dimiliki manusia sekarang. Kehidupan Homosapiens sederhana dan mereka masih mengembara.
Adapun ciri-cirinya volume otaknya antara 1.000 cc – 1.200 cc, tinggi badan antara 130 – 210 m, otot tengkuk mengalami penyusutan, alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan, muka tidak menonjol ke depan, berdiri dan berjalan tegak, berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat kuat

Kartodirdjo Sartonao dkk, 1976, SEJARAH NASIONAL INDONESIA I. Jakarta, Offset P.T. Grafitas. Hal 12-16









Tidak ada komentar:

Posting Komentar